BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Rabu, 28 April 2010

Kerangka Karangan

KERANGKA KARANGAN

Outline atau kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas. Susunan sistematis dari pkiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan. Kerangka karangan, rencana penulisan, dibuat untuk mempermudah penulisan agar tidak keluar dari tema atau topik yang dituju. Pembuatan kerangka karangan penting agar tulisan atau artikel tidak kaku atau agar penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya. Terutama bagi penulis pemula, pembuatan kerangka karangan ini sangat dianjurkan. Adapun penulis profesional yang telah terbiasa menulis artikel, nampaknya tidak terlalu memerlukan kerangka karangan yang mendetail, cukup garis besar atau pokok-pokok yang akan ditulis.

Manfaat Outline atau Kerangka Karangan :
1. Untuk menyusun tulisan agar tertulis secara teratur
2. Mempermudah pembahasan dan menghindari penulisan keluar dari sasaran pembahasan
3. memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
4. menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
5. Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu

Pola susunan kerangka karangan
Pola susunan yang paling utama dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pola Alamiah
Pola alamiah adalah suatu urutan unit karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam, Oleh sebab itu susunan alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Susunan waktu (kronologis)
Urutan waktu atau kronologis adalah urutan yang didasarkan pada tuntutan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Yang paling mudah dalam urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya. Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering dipergunakan dalam roman, novel, cerpen dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan kemudian mengadakan sorot balik sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi. Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu-satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah.

b. Urutan ruang (spasial)
Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topic yang diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat. Urutan ini terutama digunakan dalam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif.

c. Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang hal atau peristiwa sudah dikenal dengan bagian-bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian-bagian itu harus dijelaskan berturut-turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagaiman lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian-bagiannya itu.

2. Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu dituang dalam suatu susunan atau urutan logis. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungannya dengan suatu cirri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan prnulis. Macam-macam urutan logis yang dikenal :
a. Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini disebut kilimaks. Dalam urutan klimaks pengarang menyusun bagian-bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya, bertingkat-tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian. Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks. Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukannya atau kepentingannya.

b. Urutan kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perician-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya. Sebaliknya, bila suatu masalah dianggap sebagai akibat, yang dilandaskan dengan perincian-perincian yang berusaha mancari sebab-sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat sebab.

c. Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi dan akhirnya alternative-alternative untuk jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut. Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar-benar menemukan semua sebab baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi. Setiap masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab-sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak.

d. Urutan Umum Khusus
Urutan umum khusus terdiri dari dua corak yaitu corak dari umum ke khusus atau corak dari khusus ke umum. Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama-tama memperkenalkan kelompok-kelompok yang paling besar atau yang paling umum kemudian menelusuri kelompok-kelompok kecil atau khusus. Urutan khusus umum merupakan kebalikan dari urutan diatas.

e. Urutan Familiaritas
Dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal atau belum dikenal. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya diterapkan dengan mempergunakan analogi.

f. Urutan Akseptabilitas
Urutan ini mirip dengan urutan familiaritas, hanya saja urutan ini mempersoalkan apakah suatu gagasan itu diterima atau ditolak oleh para pembaca, apakah disetujui atau tidak oleh para pembaca.

Tema, Topik & Judul

TOPIK, TEMA & JUDUL

TOPIK
Topik adalah tahap awal dalam proses penelitian atau penyusunan karya ilmiah. Topik yang masih bersifat awal tersebut kemudian difokuskan dengan cara membuatnya lebih sempit cakupannya atau lebih luas cakupannya sudah sesuai, kemudian permasalahan dapat ditentukan. Permasalahan dapat berupa pertanyaan yang kemudian analisis atau pernyataan argumentasinya merupakan penjabaran bukti berdasarkan analisis.

Syarat-syarat Topik :
1. Topik harus menarik perhatian penulis
2. Topik harus diketahui/dipahami penulis
3. Jangan terlalu baru, teknis dan controversial
4. Bermanfaat
5. Jangan terlalu luas
6. Topik yang dipilih harus ada disekitar kita
7. Topik yang dipilih harus yang menarik
8. Topik yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas

TEMA
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan. Disetiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen, puisi, novel, karya ilmiah dan berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah, tema adalah atapnya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut.

Syarat-syarat Tema :
1. Harus sesuai dengan judul
2. Harus menarik
3. Harus jelas
4. Harus dimengerti

JUDUL
Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya.

Syarat-syarat Judul :
1. Harus relevan
2. Harus mempunyai pertalian dengan tema
3. Harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi karangan
4. Harus singkat
5. Harus provokatif

Contoh Pembatasan Topik :
Contoh 1 :
Topik : Bencana alam
Pembatasan Topik : Selanjutnya akan menulis karangan berbentuk deskripsi tentang semua bencana alam yang pernah terjadi atau pilih salah stu bencana alam saja

Contoh 2 :
Topik : Kualitas pendidikan Indonesia
Pembatasan topik : Mengapa pendidikan di Indonesia menurun dan upaya apa yang dilakukan untukl mengatasi penurunan tersebut.

Kalimat

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola konotasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya, seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk dan lain sebagainya.

Setiap kalimat memiliki unsure penyusun kalimat. Gabungan dari unsure-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsure-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek/Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek/Obyek (O)
- Keterangan (K)

Pola Kalimat Dasar
1. Kalimat Tunggal
Kalimat yang hanya terdiri dari unsur inti (S, P) atau satu klausa saja.
Contoh:
- Ayah seorang guru SMP
- Guru bahasa Inggris disekolahku akan melawat ke Amerika Serikat
- Ibu sakit
Ketiga contoh diatas masing-masing hanya mengandung satu klausa saja. Pada contoh kedua, pola kalimat tersebut diperluas tetapi tidak sampai membentuk pola baru.

2. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (rangkaian S, P) dan keduanya saling bergantung atau sama derajatnya.
Contoh :
- Ayah membaca buku, Ibu memasak di dapur
- Tuti tidak senang bernyanyi, tetapi ia senang musik
o Rudi tidak saja melihat, bahkan ia yang pertama kali menolong korban itu

3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (rangkaian S, P) dan salah satu unsurnya menjadi bagian dari unsur yang lain.
Contoh :
- (karena) ibu sakit, ayah memasak
- Toni datang (ketika) saya sedang mandi
- (walaupun) orangnya melarang, ia tetap berangkat
Keterangan :
1. Klausa yang dilekati konjungsi dinamakan anak kalimat, sedang yang tidak dilekati dinamakan induk kalimat
2. Perbandingan pola kalimat berdasarkan jenis kata atau fungsi dapat anda ingat pola dasar kalimat bahasa Indonesia

Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya antara pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya.

Syarat-syarat Kalimat Efektif :
1. Kosa kata yang tepat
2. Kaidah sintaksis
3. Penalaran yang logis

Senin, 05 April 2010

DIKSI

Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut. Menurut peneliti “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketetapan makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Istilah ada 2, yaitu :
1. Istilah Khusus
Istilah khusus adalah istilah yang pemakaiannya bermakna terbatas pada satu bidang tertentu.

2. Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsure kosakata dalam umum.

Makna
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh pancaindra, baik didengan maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi. Kalau seseorang berkata, “pergi!” kepada kita, maka akan timbul reaksi dalam pikiran kita diam sekarang”. Dengan demikian, kata pergi merupakan bentuk atau ekspresi dan isinya atau maknanya merupakan reaksi seseorang atas perintah tadi.
Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian, serta berupa pengertian dan tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain respons akan muncul berdasarkan stimulusnya. Dalam berkomunikasi tidak hanya berhadapan dengan kata, tetapi juga berhadapan dengan serangkaian kata yang mengusung amanat. Dengan demikian, ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu yaitu : pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Keempat unsur ini merupakan usaha untuk memahami makna. Untuk lebih kelasnya mari kita bahan satu persatu.
Macam-macam makna
a. Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku;
b. Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraanya, hal ini berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara;
c. Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar pembacaanya; dan
d. Tujuan yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis.
Makna kata merupakan hubungan antara bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang di acunya. Kata kuda merupakan bentuk atau ekspresi “sesuatu yang diacu oleh kata kuda” yakni “seeekor binatang yang tinggi-besar, larinya kencang dan biasa ditunggangi”.kedua istilah yang disebut referen. Hubungan antara bentuk dan referen akan menimbulkan makna atau referensi.
Makna kata pada umumnya terbagi atas dua macam yakni makna denotatif dan makna konotatif. Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat tugas atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional. Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena maknamitu mengacu pada referen, konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Karena adanya bermacam-macam makna, maka penulis harus hati-hati dalam memilih kata yang digunakan. Sebenarnya memilih kata-kata bermakna denotatif lebih mudah daripada memilih kata-kata bermakna konotatif. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan denotasi, mungkin karena adanya kekeliruan disebabkan oleh kata-kata yang mirip karena masalah ejaan. Kata-kata yng mirip itu seperti : gaji-gaji, darah-dara, interferensi-interfensi, dan bawah-bawah. Untuk lebih jelasnya, makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmian sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif gar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan keakuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam menyampaikan pesan ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Penyampaian pesan secara langsung hampir sama dengan penyampaian pesan (informasi) dalam karangan tidak langsung harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak akan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.
Kata baku adalah kata-kata yang standar yang sesuai dengan aturan kebahasaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkenbangan jaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk. Kata baku dalam bahasa Indonesia memedomani pedoman umum pembentukan istilah yang telah ditetapkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa bersamaan ditetapkannya pedoman sistem penulisan dalam ejaan yang disempurnakan.

Kata tidak baku adalah kata yang salah atau tidak mengikuti kaidah yang telah ditentukan.

Kata Baku
-Apotek
-Atlet
-Cenderamata
-Dipersilakan
-Kaidah
-Hakikat
-Utang
-Pelanggan
-Telepon
-Sistem
-Konkret

Kata Tidak Baku
-Apotik
-Atlit
-Cinderamata
-Konkrit
-Sistim
-Tilpon
-Hutang
-Langganan
-Hakekat
-Kaedah
-Dipersilahkan